:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5012126/original/029963700_1732013742-20241119-IHSG-ANG_3.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Dalam tujuh tahun terakhir, Bursa Efek Indonesia mencatat pergeseran besar dalam demografi investor. Generasi muda, terutama Gen Z dan Alpha, kini mendominasi komposisi investor ritel domestik. Ini bukan sekadar angka statistik, melainkan perubahan struktur pasar yang mendasar dan berdampak luas.
Dahulu, pasar modal Indonesia didominasi oleh investor asing. Bahkan pada 2018, sekitar 60% transaksi masih berasal dari luar negeri. Namun kini, situasi berbalik. Investor lokal telah menjadi mayoritas, dan kontribusi anak muda jadi penentu arah pergerakan pasar.
“Alhamdulillah, sekarang sudah kita yang mulai mendominasi. Ini menjadi kebanggaan buat kita, bisa menjadi raja di negeri sendiri,” ujar Divisi Pengembangan Pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), Yusuf Adi Pradana dalam edukasi wartawan pasar modal, dikutip Kamis (29/5/2025).
FOMO & YOLO Jadi Gaya Baru Investasi
Tipikal Gen Z dan Alpha dalam berinvestasi sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tidak hanya mengandalkan analisa fundamental atau teknikal, melainkan juga dipengaruhi oleh tren sosial media, konten viral, dan semangat FOMO (Fear of Missing Out) serta YOLO (You Only Live Once). Edukasi pasar pun harus disesuaikan.
Pendekatan tradisional yang konservatif kini tak lagi efektif. Regulator dan pelaku pasar harus bertransformasi agar dapat menjangkau generasi muda dengan bahasa dan media yang mereka pahami. Edukasi kini mulai menyasar platform digital, meme finansial, hingga kampanye interaktif yang menarik secara visual.
“Pendekatan kita dalam edukasi pun berubah, dari yang konservatif ke arah social media. Kita juga mulai memahami FOMO, YOLO, dan tren-tren kekinian lainnya,” jelas Yusuf.
Potensi Masih Besar: Market Cap RI Tembus Rp 12.200 Triliun
… Selengkapnya
Per April 2025, kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp 12.200 triliun. Angka ini mencerminkan kemajuan signifikan, tetapi bila dibandingkan dengan pasar global seperti Amerika Serikat, potensinya masih jauh untuk digarap. Satu perusahaan seperti Apple atau Nvidia bahkan memiliki kapitalisasi hingga USD 2 triliun lebih, setara total market cap Indonesia.
Namun, ini justru menjadi sinyal positif. Dengan ruang pertumbuhan yang luas, Indonesia berpeluang mengejar ketertinggalan. Perusahaan-perusahaan lokal masih punya potensi ekspansi dan peningkatan nilai pasar, seiring dengan meningkatnya partisipasi publik dan perbaikan tata kelola.
“Ruang growth-nya masih luas. Kita masih mampu mengejar mereka, dan dari sisi reputasi internasional, kita juga tidak kalah,” kata Yusuf.
Resep 3B: Paham, Punya, Pantau Jadi Bekal Investasi Sehat untuk Gen Z & Alpha
… Selengkapnya
Menghadapi gaya investasi generasi baru yang cenderung impulsif, BEI menyampaikan formula dasar yang wajib dikuasai investor muda: 3B—Paham, Punya, Pantau. Konsep ini ditekankan sebagai fondasi dalam edukasi pasar modal, agar investasi tak hanya menjadi tren sesaat, tetapi berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Dimulai dari pemahaman terhadap produk dan risiko, lalu dilanjutkan dengan aksi nyata membuka rekening saham, dan terakhir konsistensi dalam memantau portofolio. Generasi muda juga diingatkan untuk tidak menaruh seluruh dana dalam satu instrumen agar terhindar dari risiko tunggal.
“Jangan taruh semua telur kita dalam satu keranjang. Kalau keranjangnya jatuh, bisa jadi telur dadar semuanya,” ujar Yusuf.
Leave a Reply